Klik Aja Deh

Senin, 13 Desember 2010

Maklumat 5 September 1945

AMANAT
SRI PADUKA INGKENG SINUWUN KANGDJENG SULTAN
Kami Hamengku Buwono IX, Sultan Negeri Ngajogjakarta Hadiningrat menjatakan:
1.Bahwa Negeri Ngajogjakarta Hadiningrat jang bersifat keradjaan adalah daerah istimewa dari Negara Republik Indonesia.
2.Bahwa kami sebagai Kepala Daerah memegang segala kekuasaan dalam Negeri Ngajogjakarta Hadiningrat, dan oleh karena itu berhubung dengan keadaan pada dewasa ini segala urusan pemerintahan dalam Negeri Ngajogjakarta Hadiningrat mulai saat ini berada ditangan kami dan kekuasaan-kekuasaan lainnja kami pegang seluruhnya.
3.Bahwa perhubungan antara Negeri Ngajogjakarta Hadiningrat dengan Pemerintah Pusat Negara Republik Indonesia, bersifat langsung dan Kami bertanggung djawab atas Negeri Kami langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Kami memerintahkan supaja segenap penduduk dalam Negeri Ngajogjakarta Hadiningrat mengindahkan Amanat Kami ini.
Ngajogjakarta Hadiningrat, 28 Puasa Ehe 1876 atau 5-9-1945
AMANAT
SRI PADUKA KANGDJENG GUSTI PANGERAN ADIPATI ARIO PAKU ALAM
Kami Paku Alam VIII Kepala Negeri Paku Alaman, Negeri Ngajogjakarta Hadiningrat menjatakan:
1. Bahwa Negeri Paku Alaman jang bersifat keradjaan adalah daerah istimewa dari Negara Republik Indonesia.
2.Bahwa kami sebagai Kepala Daerah memegang segala kekuasaan dalam Negeri Paku Alaman, dan oleh karena itu berhubung dengan keadaan pada dewasa ini segala urusan pemerintahan dalam Negeri Paku Alaman mulai saat ini berada ditangan Kami dan kekuasaan-kekuasaan lainnja Kami pegang seluruhnja.
3. Bahwa perhubungan antara Negeri Paku Alaman dengan Pemerintah Pusat Negara Republik Indonesia, bersifat langsung dan Kami bertanggung djawab atas Negeri Kami langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Kami memerintahkan supaja segenap penduduk dalam Negeri Paku Alaman
mengindahkan Amanat Kami ini.
Paku Alaman, 28 Puasa Ehe 1876 atau 5-9-1945
sumbernya gan
Isi maklumat 5 september 1945

Minggu, 12 Desember 2010

Susah Cari Kerja???

Susah cari kerja, mungkin kata-kata ini sering kita ucapkan atau mungkin sebagian orang merasakan hal demikian. Memang tidak bisa dipungkiri, kondisi sekarang semua serba sulit, serba kekurangan, serba mahal, sehingga kita sulit memenuhi kebutuhan karena penghasilan yang tidak sebanding dengan pengeluaran. “saya sudah coba untuk menghemat sana sini tapi tidak cukup juga....” keluhan seperti ini mungkin sering kita ucapkan. 
Kondisi yang serba sulit ini, mendorong semua anggota keluarga untuk mencari penghasilan, tidak hanya suami tetapi isteri pun turun tangan berusaha menambah penghasilan keluarganya. Permasalahan yang sering muncul adalah lahan pekerjaan yang sempit, tidak ada lowongan perkerjaan, banyak pengangguran di negri  ini, jangankan yang berpendidikan rendah yang berpendidikan tinggi juga banyak yang menganggur, dan tidak bisa dipungkiri bahwa ini adalah fakta yang terjadi. Hal ini menyebabkan maraknya masalah-masalah sosial yang berkembang di masyarakat, contohnya; kebetulan saya tinggal di Bandung, disetiap sudut kota ini banyak anak-anak jalanan, pengamen jalanan, pengemis, pemulung dan tingkat kriminalitas yang tinggi seperti  curanmor, penipuan, pencurian dsb.
Aduh....kalau bicara masalah ngeri juga ya....tetapi ada sisi negatif pasti ada sisi positif nya juga kan, masalah tidak harus disikapi dengan negatif, kita seharusnya mengurai  masalah ini secara positif. Lowongan kerja tidak ada, benarkah????
Ya...mungkin perusahaan /kantor di luar sana tidak membutuhkan karyawan, tetapi kita punya potensi untuk bekerja dan berpenghasilan kok, jadi  seharusnya kita tidak perlu takut ga kebagian rejeki, karena Allah memberikan kita rejeki dimana aja dan dengan cara apa saja...yang penting kita bisa pilih mau yang halal atau haram. Pasti kita ingin yang halal donk....Insya Allah selalu ada jalannya. Keluhan demi keluhan tidak akan menyelesaikan masalah tapi justru akan menghambat kita untuk berkarya. Dari 4 tahun yang lalu, seorang teman selalu mengeluh....”ada kerjaan ga?”....”aku pengin kerja, tapi kerja apa ya?” dan sampai saat ini ketika bertemu dia masih menanyakan hal yang sama.  Sekarang coba kita renungkan, benarkah kita ingin berpenghasilan? Lalu apa yang bisa kita kembangkan dari dalam diri kita dan sudahkah kita mencobanya. Atau justru sebaliknya nyali kita menjadi ciut, takut nggak dapat gaji tetap, akhirnya menyerah sebelum mencoba.
Memang, kita ingin kerja enak, kantor bagus, tinggal duduk di belakang meja penghasilan mengalir deras, tapi pertanyaannya ada tidak pekerjaan seperti itu. Allah itu Maha Adil, setiap yang kita peroleh tidak lepas dari kerja keras  baik tenaga, ide, fikiran dan modal, semuanya akan berjalan step by step, untuk akhirnya mencapai tujuan yang kita inginkan. 
Jadi kesimpulannya, berpenghasilan tidak harus bekerja di suatu instansi, potensi yang ada dalam diri kita adalah modal terbaik bagi kita untuk menentukan pekerjaan apa yang bisa memberikan penghasilan sesuai target kita. Tidak menyerah, kerja keras, pintar berstrategi dalam usaha dan berdoa merupakan satu paket untuk menaikan status sosial ekonomi kita.
Oleh: Puji Utami; curahan hati untuk ke-3 buah hatiku

Rabu, 08 Desember 2010

Hari Anti Korupsi Sebagai Sebuah Peringatan

PBB telah menetapkan tanggal 9 Desember, sebagai hari anti korupsi se dunia. Lalu bagaimana bangsa Indonesia menyikapinya? Sebagai negara yang sedang dilanda masalah korupsi, mungkin tidak cocok untuk memperingati Hari Anti Korupsi, karena biasanya 'memperingati' digunakan untuk sesuatu yang telah lolos atau terbebas, seperti Hari Kemerdekaan yang kita peringati setiap tahunnya.

Hari Anti Korupsi bagi bangsa kita seharusnya tetap tertanam setiap harinya, karena hingga saat ini kasus korupsi masih seperti benang kusut yang belum terurai. Akan tetapi, lahirnya Hari Anti Korupsi setidaknya bisa kita jadikan spirit untuk tetap pada perjuangan panjang membebaskan negara ini dari jerat para Koruptor.

Langkah yang dibuat KPK, untuk memberikan pelajaran secara dini kepada anak-anak untuk tidak korupsi sangat tepat, karena jangan sampai kalangan muda kita terkontaminasi oleh maraknya kasus suap menyuap, dan memudahkan urusan dengan cara merampas hak orang lain dan bersikap tidak fair "main belakang". Mungkin ada baiknya KPK memulai dari organisasi terkecil yaitu keluarga untuk menanamkan sikap Anti Korupsi, misalnya: menghindari suap untuk mencari pekerjaan, menghindari suap untuk masuk sekolah dll.

Selain itu, KPK bersama Lembaga Hukum di Indonesia harus mampu mengembalikan kepercayaan rakyat tentang keseriusannya untuk membasmi semua kasus korupsi dan memberikan hukuman, yang bisa memberi efek jera bagi para pelaku korupsi. Sehingga anggapan penanggulangan korupsi di Indonesia yang masih 'tebang pilih' tidak lagi melekat di pikiran rakyat Indonesia.

Sungguh kami sangat mendambakan negara yang bebas dari korupsi, rakyat bisa berkopetisi sesuai dengan kemampuannya untuk mendapatkan haknya sebagai warga negara, dan kami tidak merasa apa yang kami berikan kepada negara ini bisa kami nikmati bersama, tidak hanya untuk segelintir orang atau kelompok tertentu, sehingga muncul gerakan boikot bayar pajak dansebagainya.